Senin, 02 November 2015

Layanan Berbasis Budaya Masyarakat


Layanan Berbasis Budaya Masyarakat
Seri: Oleh-oleh dari Australia Bagian Pertama

Saya pernah mendengar pernyataan temen yang baru datang dari luar negeri, dia bilang: “Saya tidak menemukan muslim, tapi saya melihat Islam di disana”.  Selama 10 hari di Austalia (mengikuti program Development of library system management dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama RI) saya merasakan apa yang dikatakan teman itu benar. Di sana saya tidak menemukan masjid, tidak ada mushalah, tidak mendengar adzan, tapi saya melihat begitu banyak nilai-nilai Islam diterapkan oleh masyarakat Brisbane, Queensland Australia. Mereka ramah dan sangat suka membantu sesamanya yang membutuhkan pertolongan tanpa diminta. Budaya bersih dan rapi sungguh tampak di semua  sudut kampus University of Queensland. Budaya kerja mereka sangat mencerminkan seorang yang bersungguh-sungguh dan  bekerja keras, “Man Jadda wa jada”. Tidak ada kata santai, ngobrol dan” leha-leha” saat bekerja, sementara weekend atau hari libur dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk istirahat.

Nilai pertama yang ingin saya angkat disini adalah “senang membantu”. Kesimpulan kami sementara, bahwa masyarakat Brisbane, Australia, sangat suka membantu orang. Dimana pun kami  ingin mengambil foto bersama selalu ada yang menawarkan bantuan untuk mengambilkan gambar, tanpa harus diminta. Mereka pro-aktif menawarkan diri untuk membantu. Demikian pula dengan para pustakawannya, kami mendengar sendiri pengakuan/testimoni mereka, bahwa  mereka meresa senang jika bisa membantu pengguna sebaik mungkin. Hal itu juga terlihat dari ekspresi dan semangat mereka dalam melayani pengguna seperti yang  kami saksikan. Sifat ini bisa dikategorikan sebagai Altruisme, sebuah motivasi untuk membantu orang lain dan melakukan kebajikan tanpa mengharapkan imbalan.

Beberapa layanan yang dikembangkan berdasarkan budaya dan nilai ini adalah adanya layanan bantuan yang disediakan oleh perpustakaan semacam “Meja Informasi”, Help Desk ” , “ Ask IT” dan lain-lain. Kita melihat di perpustakaan Pusat University of Queensland terdapat layanan “Ask IT” yang siap membantu semua permasalahan mahasiswa tentang teknologi Informasi, aplikasi, database, dan lain sebagainya. Ada staff  bagian IT perpustakaan yang siap membantu permasalahan pengguna terkait IT dan akses data base perpustakaan. Layanan yang sederhana tapi sangat membantu terutama bagi pengunjung yang baru, atau mereka yang ingin memanfaatkan layanan baru. Tidak banyak perpustakaan di Indonesia yang sudah menerapkan layanan ini termasuk perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Kalaupun ada kebanyakan baru sebatas “Meja Informasi” secara Umum” belum termasuk hal-hal detail tentang teknologi, bidang keilmuan dan lain-lain.
Terkait dengan sikap dan perilaku pustakawan berdasarkan nilai ini, ada beberapa hal yang dapat diimplementasikan pada layanan perpustakaan terutama oleh pustakawan  diantaranya sebagai berikut:
  1. Selalu mengucapkan terima kasih setiap selesai memberikan layanan. Sebagai ungkapan rasa senang membantu dan berterima kasih telah memanfaatkan layanan perpustakaan. 
  2. Setelah membantu penelusuran informasi, selalu menanyakan kepada pemustaka apakah dokumen/item/informasi yang diperoleh sudah sesuai dengan kebutuhan, karena pada akhirnya pemustakalah yang menentukan apakah informasi itu sesuai atau tidak. Jika belum sesuai dan memerlukan informasi lanjutan yang kebetulan tidak ada di perpustakaan, maka paling tidak pustakawan dapat menunjukkan dimana informasi itu bisa diakses. 
  3. Setiap selesai memberikan bantuan, selalu menanyakan kepada pemustaka apakah masih ada yang bisa dibantu.
Ketiga hal tersebut yang seharusnya dilakukan oleh seorang pustakawan profesional dalam rangka memberikan layanan prima kepada pemustaka. Semoga di masa yang akan datang, Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya dapat menerapkan nilai-nilai tersebut demi pengembangan dan perbaikan layanan perpustakaan. (Umir, 2015)