Layanan Berbasis Budaya Masyarakat
Seri: Oleh-oleh dari Australia Bagian Pertama
Seri: Oleh-oleh dari Australia Bagian Pertama
Saya pernah
mendengar pernyataan temen yang baru datang dari luar negeri, dia bilang: “Saya
tidak menemukan muslim, tapi saya melihat Islam di disana”. Selama 10 hari di Austalia (mengikuti program
Development of library system management dari Direktorat Pendidikan
Tinggi Islam, Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama RI) saya merasakan
apa yang dikatakan teman itu benar. Di sana saya tidak menemukan masjid, tidak
ada mushalah, tidak mendengar adzan, tapi saya melihat begitu banyak
nilai-nilai Islam diterapkan oleh masyarakat Brisbane, Queensland Australia.
Mereka ramah dan sangat suka membantu sesamanya yang membutuhkan pertolongan
tanpa diminta. Budaya bersih dan rapi sungguh tampak di semua sudut kampus University of Queensland. Budaya
kerja mereka sangat mencerminkan seorang yang bersungguh-sungguh dan bekerja keras, “Man Jadda wa jada”.
Tidak ada kata santai, ngobrol dan” leha-leha” saat bekerja, sementara weekend
atau hari libur dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk istirahat.
Nilai pertama
yang ingin saya angkat disini adalah “senang membantu”. Kesimpulan kami
sementara, bahwa masyarakat Brisbane, Australia, sangat suka membantu orang. Dimana
pun kami ingin mengambil foto bersama
selalu ada yang menawarkan bantuan untuk mengambilkan gambar, tanpa harus
diminta. Mereka pro-aktif menawarkan diri untuk membantu. Demikian pula dengan
para pustakawannya, kami mendengar sendiri pengakuan/testimoni mereka,
bahwa mereka meresa senang jika bisa
membantu pengguna sebaik mungkin. Hal itu juga terlihat dari ekspresi dan
semangat mereka dalam melayani pengguna seperti yang kami saksikan. Sifat ini bisa dikategorikan
sebagai Altruisme, sebuah motivasi untuk membantu orang lain dan melakukan
kebajikan tanpa mengharapkan imbalan.
Beberapa layanan
yang dikembangkan berdasarkan budaya dan nilai ini adalah adanya layanan
bantuan yang disediakan oleh perpustakaan semacam “Meja Informasi”, Help
Desk ” , “ Ask IT” dan lain-lain. Kita melihat di perpustakaan Pusat University
of Queensland terdapat layanan “Ask IT” yang siap membantu semua
permasalahan mahasiswa tentang teknologi Informasi, aplikasi, database, dan
lain sebagainya. Ada staff bagian IT
perpustakaan yang siap membantu permasalahan pengguna terkait IT dan akses data
base perpustakaan. Layanan yang sederhana tapi sangat membantu terutama bagi
pengunjung yang baru, atau mereka yang ingin memanfaatkan layanan baru. Tidak
banyak perpustakaan di Indonesia yang sudah menerapkan layanan ini termasuk
perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Kalaupun ada kebanyakan baru sebatas
“Meja Informasi” secara Umum” belum termasuk hal-hal detail tentang teknologi,
bidang keilmuan dan lain-lain.
Terkait dengan
sikap dan perilaku pustakawan berdasarkan nilai ini, ada beberapa hal yang
dapat diimplementasikan pada layanan perpustakaan terutama oleh pustakawan diantaranya sebagai berikut:
- Selalu mengucapkan terima kasih setiap selesai memberikan layanan. Sebagai ungkapan rasa senang membantu dan berterima kasih telah memanfaatkan layanan perpustakaan.
- Setelah membantu penelusuran informasi, selalu menanyakan kepada pemustaka apakah dokumen/item/informasi yang diperoleh sudah sesuai dengan kebutuhan, karena pada akhirnya pemustakalah yang menentukan apakah informasi itu sesuai atau tidak. Jika belum sesuai dan memerlukan informasi lanjutan yang kebetulan tidak ada di perpustakaan, maka paling tidak pustakawan dapat menunjukkan dimana informasi itu bisa diakses.
- Setiap selesai memberikan bantuan, selalu menanyakan kepada pemustaka apakah masih ada yang bisa dibantu.
Ketiga hal tersebut yang seharusnya dilakukan
oleh seorang pustakawan profesional dalam rangka memberikan layanan prima
kepada pemustaka. Semoga di masa yang akan datang, Perpustakaan UIN Sunan Ampel
Surabaya dapat menerapkan nilai-nilai tersebut demi pengembangan dan perbaikan
layanan perpustakaan. (Umir, 2015)